Perempuan

Perempuan

Oleh: Ria Febrina

PerempuanAda yang menarik ketika saya mencoba mencari segala hal yang berkaitan dengan kata perempuan di mesin pencari Google. Ketika menggunakan kata kunci perempuan, ditemukan 537.000.000 hasil dalam 0,52 detik, sedangkan kata laki-laki lebih sedikit, yakni sebanyak 489.000.000 hasil dalam 0,72 detik. Sementara itu, dalam korpus web Indonesia (IndonesianWaC) yang terdapat di Sketch Engine (https://www.sketchengine.eu/), ditemukan 43.260 kalimat yang memuat kata perempuan dengan 396.02 kemunculan per satu juta kata. Untuk kata laki-laki, ditemukan 16.597 kalimat dengan 151.94 kemunculan per satu juta kata. Hal ini menunjukkan bahwa kata perempuan sangat produktif dipakai dalam praktik bahasa Indonesia.

Kata perempuan juga memiliki banyak sketsa yang lebih baik jika dibandingkan dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam korpus web Indonesia, kata perempuan banyak memiliki kolokasi kata yang bermakna positif, seperti perempuan cantik, perempuan baik-baik, perempuan terhormat, perempuan jelita, perempuan muslim, perempuan perkasa, perempuan tangguh, perempuan pintar, perempuan suci, perempuan mulia, dan perempuan cerdas. Sementara itu, dalam KBBI Edisi Kelima, perempuan lebih banyak digambarkan dengan hal-hal negatif, seperti perempuan geladak, perempuan jahat, perempuan jalanan, perempuan jalang, perempuan jangak, perempuan lacur, perempuan lecah, dan perempuan nakal. Bahkan, dalam Kamus Indonesia-Belanda yang disusun oleh A Teeuw (1990), juga tercatat perempuan jalan sebagai singkatan dari perempuan jalang, lacur, nakal.

Gabungan kata perempuan dalam KBBI Edisi Kelima ini kemudian menjadi perdebatan di kalangan aktivis pada tahun 2021 lalu. Menanggapi kritikan tersebut, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia pun membuat kebijakan dengan menambah gabungan kata perempuan yang bermakna positif dalam KBBI daring berupa perempuan adat, perempuan besi, perempuan karier, perempuan pekerja, perempuan suci, dan perempuan tangguh.

Untuk membicarakan kata perempuan ini, amat tepat jika kita membuka kembali sejarah kata perempuan dalam kamus-kamus bahasa Indonesia. Dalam Kamoes Indonesia yang disusun oleh E. Soetan Harahap (1942), kata perempoean didefinisikan dengan pembentukan kata melalui per + empoe + an = per—empoe—an, jang diampoe, jang ditolong, orang yang boekan laki-laki. Bentuk yang diampu dan ditolong menjelaskan posisi perempuan yang berada di bawah kepemimpinan laki-laki. Kata ampoe dalam Kamoes Indonesia bermakna ‘sokong, tolong pimpin, djaga’. Artinya, perempuan disokong, dipimpin, dan dijaga oleh laki-laki.

Sutan Mohammad Zain dalam Kamus Moderen Bahasa Indonesia (1951) juga menjelaskan bahwa kata perempuan asalnya dari empu. Empu merupakan kata yang berasal dari Kawi (Jawa Kuno) yang bermakna ‘tuan, radja, pudjangga, utas’. Dalam kata perempuan, Sutan Mohammad Zain menyatakan bahwa pada masa lampau ada bangsa empu-empu atau bangsa tuan-tuan. Namun, kata perempuan pada tahun 1951 tersebut sudah mengalami perkembangan. Kata perempuan dijelaskan sebagai lawan dari kata laki-laki atau merujuk secara spesifik kepada isteri. Para laki-laki pada masa itu menggunakan frasa perempuan saja (menggunakan ejaan lama) atau perempuan saya (dalam ejaan baru). Mereka menggunakan frasa tersebut untuk makna ‘istri saya’.

Dalam Kamus Moderen Bahasa Indonesia (1951) ini, Sutan Mohammad Zain menyatakan bahwa pada masa tersebut, sejumlah perempuan sudah menunjukkan perilaku sosial yang menyimpang. Pada masa itu terdapat perempuan yang menjadi kupu-kupu malam atau yang disebut dengan perempuan djalang. Karena munculnya perilaku tersebut, kepada para perempuan yang baik-baik kemudian dinamai dengan wanita. Kata wanita yang berasal dari bahasa Sanskerta yang bermakna ‘perempuan’ ini dipandang lebih halus pada saat itu karena adanya perilaku sosial menyimpang tadi.

Pada saat yang bersamaan, W. J. S. Poerwadarminta dalam Logat Ketjil Bahasa Indonesia (1951) justru mencatat makna yang lain untuk kata perempuan. Perempuan bermakna ‘betina (tentang manusia)’, sedangkan kata betina didefinisikan sebagai ‘perempuan tentang binatang’. Dalam kamus ini, W. J. S. Poerwadarminta menyatakan bahwa jenis kelamin binatang itu ada dua, yakni betina dan djantan. Kata djantan pun hanya dipakai untuk binatang ‘biasanja tidak dipakai bagi manusia’.

Jika dicermati lebih lanjut, kata betina dalam kamus Logat Ketjil Bahasa Indonesia dipandang sebagai hal yang baik meskipun tidak hanya dipakai untuk manusia, tetapi juga untuk binatang. Hal yang sama juga dicatat E. St. Harahap dalam Kamus Indonesia Ketjik (1954) yang menyatakan bahwa perempuan adalah ‘betina diantara manusia; bini’. Namun, E. St. Harahap menambahkan penjelasan agar pembaca merujuk kata wanita. Wanita dicatat bermakna ‘perempuan’ dan digunakan juga untuk menyatakan kaum wanita.

Meskipun didefinisikan sebagai ‘betina’ dalam Logat Ketjil Bahasa Indonesia (1951) , W. J. S. Poerwadarminta kemudian mengembangkan makna kata perempuan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1952). Kata perempuan didefinisikan sebagai 1 djenis sebagai lw laki-laki; wanita; 2 bini. Sama dengan Sutan Mohammad Zain, W. J. S. Poerwadarminta juga menjelaskan bahwa perempuan pada masa itu memiliki perilaku sosial menyimpang yang digambarkan dengan perempuan djalang. Namun, tidak hanya perempuan yang mendapat label tersebut, para laki-laki juga mendapat label gila perempuan yang bermakna ‘terlampau suka akan perempuan’ dan main (pelesiran) perempuan yang bermakna ‘berzina dengan perempuan djalang’. Meskipun pelabelan diberikan kepada laki-laki, istilah yang dipakai mulai menunjukkan pandangan yang merendahkan posisi perempuan itu sendiri.

Selain makna denotasi, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia ini, kata perempuan juga dipakai dalam peribahasa, yakni bunji perempuan diair atau bunyi perempuan dalam air yang bermakna ‘ramai (gaduh) sekali’. Peribahasa ini masih tercantum dalam KBBI, mulai dari edisi cetak (1988—2018) hingga edisi daring (2023). Hal ini menunjukkan bahwa peribahasa ini masih hidup dan dipakai oleh masyarakat hingga hari ini.

Makna kata perempuan dari berbagai kamus tadi yang berupa ‘wanita’ dan ‘bini’ kemudian digunakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia dalam KBBI Edisi I. Namun, pada KBBI Edisi II dan KBBI Edisi III, makna tersebut dibedakan menjadi 1 orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui’; wanita; 2 istri; bini; 3 betina (khusus untuk hewan). Dalam KBBI Edisi IV, KBBI Edisi V, dan KBBI daring, diksi untuk makna pertama diganti menjadi orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui’; wanita.

Definisi yang dilekatkan kepada perempuan secara biologis itulah yang kemudian menuai kritik dari aktivis, khususnya yang tergabung dalam Komnas Perempuan. Dalam dunia politik dan dalam berbagai profesi hari ini, perempuan sudah berperan secara sosial dan secara politik. Para perempuan sekarang sudah banyak yang menjadi dokter, hakim, guru, dosen, polisi, hingga presiden. Bahkan, para perempuan juga banyak menjadi atlet, termasuk atlet besi.

Para aktivis menyuarakan agar definisi dalam kamus tersebut ditambah berdasarkan peran yang sudah dijalani para perempuan. Peran tersebut perlu didefinisikan karena KBBI banyak menjadi rujukan atau referensi oleh pengguna bahasa Indonesia. Para penulis bahasa Indonesia banyak yang menggunakan definisi dari KBBI sebagai kutipan, di samping definisi yang dikemukakan oleh para ahli.

Namun, meskipun kamus merupakan living dictionary, kamus tetap hanya menjadi salah satu dokumen yang mencerminkan praktik bahasa masyarakat. Bahasa yang sesungguhnya merupakan kosakata atau kalimat yang dipakai oleh pengguna dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam sejumlah karya sastra, karya jurnalistik, dan karya ilmiah. Karya-karya tersebut merupakan kamus yang sebenarnya yang mencatat banyak makna untuk kata perempuan.

Ria Febrina, Dosen Jurusan Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora Universitas Gadjah Mada

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top