Hilmar Farid: Kebudayaan Hulu Setiap Lini Pembangunan Indonesia

Hilmar Farid: Kebudayaan Hulu Setiap Lini Pembangunan Indonesia

Padang, cagak.id–Hulu dari setiap lini pembangunan Indonesia adalah kebudayaan. Pembangunan Indonesia harus arif terhadap budaya itu sendiri yang sejatinya mencakup semua aspek dalam kehidupan manusia. Maka sudah seyogyanya, kebudayaan ditempatkan di hulu setiap sektor pembangunan.

“Pembangunan bertolak dari kemampuan yang ada di dalam masyarakat tersebut, bukan karena sesuatu yang datang dari luar, seperti inventasi, tambahan orang, modal dan seterusnya. Ini yang saya kira garis pemikiran yang sangat penting untuk dikembangkan dan diperkuat,” kata Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud Ristek, Hilmar Farid dalam orasi kebudayaan, Kamis malam (22/12) di Hotel Truntum, Padang. Orasi kebudayaan bertajuk “Kebudayaan Sebagai Modal Pembangunan Nasional dan Public Goods” itu ditaja oleh  Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau (The Minangkabau Cultural Center).

Selain mengurai pentingnya kebudayaan dalam pembangunan, Hilmar Farid juga mengurai kebudayaan itu tidak hanya bicara soal seni dan tari-tarian, tapi kebudayaan berbicara tentang kehidupan yang berbasis nilai-nilai.

“Nah pertanyaannya, bagaimana dengan Indonesia? Keragaman budaya Indonesia menjadikan negara ini sangat besar dengan berbagai bentuk kearifan dan karya budaya. Menjadikan kebudayaan sebagai langkah berpijak dalam pembangunan adalah sebuah kepatutan. Namun demikian, tanpa arah yang jelas, dasar berpijak tersebut akan perlahan bermetemorfosa tanpa bentuk, sehingga dikhawatirkan tidak lagi menjadi kekuatan, namun sebaliknya,” papar Hilmar.

Ia juga memaparkan UU No 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang menjadi dasar hukum untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan Indonesia. Dalam UU tersebut, Negara memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dan menjadikan Kebudayaan sebagai investasi untuk membangun masa depan dan peradaban bangsa.

“Jadi dalam pembangunan Indonesia sekarang ini sudah ada amanat mengarustamakan kebudayaan dalam pembangun, seperti pengetahuan tradisional, kearifan lokal, pranata sosial di masyarakat sebagai penjelmaan nilai-nilai sosial budaya moralitas harus menjadi pertimbangan dalam penyusunan kebijakan dan program pembangunan,” ungkapnya.

Orasi kebudayaan ini dibuka oleh Gubernur Sumbar, Mahyeldi, serta dihadiri oleh para tokoh Minang, antara lain, Irman Gusman, Hasril Chaniago, Prof Nursyirwan, Prof Musliar Kasim, Dian Anggraini dan lain lain. (CGK)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top