Oleh Muhammad Thaufan Arifuddin, M.A.
Peringatan Tabuik 2023 di Pariaman begitu meriah dan penuh kegembiraan. Jalan mulus menuju lokasi dipadati oleh berbagai jenis kendaraan, mulai dari roda dua hingga roda empat. Selama perjalanan, pengunjung dapat melihat dan menikmati pemandangan alam yang indah, warung-warung pinggir jalan yang menjajakan kuliner lokal, serta pohon kelapa yang melambai di pinggir jalan. Semua ini menambah suasana perjalanan menuju lokasi Tabuik menjadi lebih menarik.
Saat mendekati lokasi Tabuik di tepi pantai Gandoriah, kendaraan sudah memadati lahan parkir hingga ke sekitar permukiman warga. Ratusan hingga ribuan orang telah berkumpul di sekitar lokasi perhelatan akbar Tabuik. Sebagian dari mereka menikmati hidangan makanan dan minuman bersama keluarga di bawah tenda-tenda dan taman yang dirapihkan di pinggir pantai. Beberapa lainnya bermain air di tepi pantai sambil menunggu puncak acara Tabuik.
Ratusan orang yang datang lebih awal berhasil mendekati lokasi Tabuik di pinggir pantai, menjadikannya sebagai momen yang sangat ditunggu-tunggu. Di area lokasi Tabuik, beberapa drone juga beroperasi di udara untuk mengambil video dan gambar prosesi akhir Tabuik. Hal ini menambah keindahan dokumentasi acara tersebut dan memberikan nuansa yang menarik bagi para penonton yang menyaksikan drone beraksi di pinggir pantai secara langsung.
Peringatan Tabuik bukan hanya sekadar perayaan budaya dan keagamaan, tetapi juga menjadi ajang kumpul keluarga dan teman-teman, serta pengalaman berharga bagi para pengunjung yang datang dari berbagai daerah. Dengan pemandangan alam yang indah, kuliner lokal yang lezat, dan suasana keramaian yang unik, Tabuik Pariaman telah menarik ribuan pengunjung setiap tahunnya. Perhelatan ini telah menjadi daya tarik pariwisata budaya dan keagamaan yang memberikan manfaat bagi masyarakat setempat dan Indonesia secara keseluruhan.


Dari Heroisme Sejarah ke Sekularisasi Tabuik
Tabuik Pariaman memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang kaya, dan telah menjadi bagian penting dari tradisi dan kepercayaan masyarakat di Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia (Dalmenda dan Elian, 2017). Nama “Tabuik” berasal dari kata “Tabut” dalam bahasa Arab yang berarti peti mati. Tradisi Tabuik Pariaman berkaitan dengan budaya Muharram dan peringatan Asyura, yaitu peristiwa tragis yang terjadi pada tanggal 10 Muharram dalam kalender Islam (Syam, 2018).
Peristiwa Asyura yang menjadi latar belakang Tabuik Pariaman adalah pertempuran di Karbala pada tahun 680 Masehi antara pasukan Imam Hussein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, dan pasukan penguasa pada masa itu yang dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah. Imam Hussein dan para pengikutnya mengalami musibah yang tragis dalam pertempuran tersebut, dan peringatan Asyura menjadi momen untuk merenungkan pengorbanan dan keberanian mereka dalam membela kebenaran dan keadilan (Mutahhari dkk, 2014; Muchtar dkk, 2016).
Tradisi Tabuik Pariaman telah berlangsung lama dan mulai dikembangkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat setempat sebagai ikon pariwisata budaya sejak tahun 1970-an (Syam, 2018). Setiap tahun, perayaan Tabuik dilakukan dengan meriah. Tabuik bukan hanya sekadar peringatan religius, tetapi juga menjadi perhelatan budaya yang melibatkan seluruh masyarakat.
Upacara Tabuik terdiri atas beberapa tahapan yang memiliki simbol dan makna tersendiri. Ini menunjukkan kekayaan budaya dan pemahaman agama yang ada dalam masyarakat Pariaman. Rangkaian tahapan, seperti prosesi perencanaan perhelatan Tabuik, pembuatan Tabuik, dan pembuangan Tabuik ke Laut, mempunyai nilai adat budaya dan spiritual yang tinggi dan mengandung pesan tentang pengorbanan dan ketabahan Imam Husein dalam mempertahankan hak dan memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Namun, upaya desakralisasi Tabuik juga dilakukan oleh pemerintah daerah agar momen Tabuik bisa dinikmati oleh banyak kalangan dan bernilai pariwista hari ini (Dalmenda dan Elian, 2017).
Media Turisme
Tabuik Pariaman memiliki nilai pariwisata yang tinggi. Ribuan orang dari dalam dan luar daerah berdatangan untuk menyaksikan perhelatan ini. Pemerintah daerah harus memanfaatkan potensi ini dengan meningkatkan infrastruktur, seperti jalan menuju lokasi acara, dan penataan Usaha Kecil Menengah untuk menarik minat wisatawan. Kerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat setempat diperlukan untuk menghidupkan sektor pariwisata dan memberikan dampak positif pada ekonomi masyarakat.
Perlu dilakukan kampanye kesadaran untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kekayaan budaya lokal. Masyarakat setempat harus diajak untuk berperan aktif dalam melestarikan dan mempromosikan Tabuik Pariaman sebagai momentum dan destinasi wisata budaya yang unik. Pengembangan infrastruktur dan promosi yang efektif akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Solidaritas Sosial Budaya
Selain sebagai media turisme, Tabuik Pariaman juga mencerminkan solidaritas sosial yang kuat dalam masyarakat. Melalui Tabuik, masyarakat bersatu untuk menyukseskan perhelatan budaya ini. Kontribusi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat setempat, menunjukkan rasa kepedulian dan dukungan terhadap acara ini. Dana ratusan juta yang dihabiskan untuk perhelatan Tabuik menunjukkan betapa pentingnya peran solidaritas sosial dalam membangun dan mendukung kegiatan budaya.
Penting melibatkan masyarakat setempat dalam pengembangan dan pengelolaan destinasi wisata budaya. Kemitraan dengan komunitas akan memastikan partisipasi mereka dan memberi mereka kesempatan untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari pariwisata. Perlu adanya pelatihan kepada masyarakat setempat untuk menjaga kebersihan lokasi daerah wisata dan mengajarkan keahlian serta keterampilan yang relevan dengan pariwisata budaya, seperti seni dan kerajinan tradisional, musik, tarian, dan kuliner. Ini akan meningkatkan kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan kepada pengunjung.
Momen Spiritual
Perayaan Tabuik menjadi momen penting untuk merenungkan nilai-nilai spiritual, seperti keberanian, ketabahan, dan pengorbanan di balik sejarah epik Imam Husein. Bahkan, Sukarno pernah menulis dalam bukunya Di Bawah Bendera Revolusi, bahwa Imam Husain adalah panji berkibar yang diusung oleh setiap orang yang menentang kesombongan di zamannya, di mana kekuasaan telah tenggelam dalam kelezatan dunia serta meninggalkan rakyatnya dalam penindasan dan kekejaman (Sukarno, 1964). Melalui peringatan Tabuik, masyarakat dapat memperkuat ikatan rohani dengan warisan sejarah Islam dan memperdalam hubungan dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Tabuik Pariaman menggambarkan keselarasan antara pariwisata, Â solidaritas sosial, dan momen spiritual. Pengembangan pariwisata lokal dengan melibatkan masyarakat akan berdampak kepada kesejahteraan ekonomi dan kelestarian budaya Tabuik yang bernilai spiritual. Dengan upaya yang tepat dari semua pihak, Tabuik Pariaman akan menjadi perhelatan yang akan selalu ditunggu oleh wisatawan lokal dan mancanegara setiap tahun, momen memperkuat solidaritas sosial dan pemaknaan nilai spiritualisme yang tinggi.
Muhammad Thaufan Arifuddin, M.A. adalah Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas.
Bagikan:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru)