Oleh: Virtuous Setyaka
Ketua Koperasi Mandiri Dan Merdeka, Peneliti Center for Agrarian and Environmental Justice, Dosen Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Andalas.
International Co-operative Alliance (ICA) mendefinisikan koperasi sebagai “asosiasi otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya mereka bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis”. Sedangkan menurut United Nations Environment Programme (UNEP), ekonomi hijau adalah ekonomi yang menghasilkan peningkatan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sekaligus mengurangi risiko lingkungan secara signifikan dan kelangkaan ekologis. Dalam ekonomi hijau, pertumbuhan pendapatan dan lapangan kerja didorong oleh investasi publik dan swasta yang mengurangi emisi karbon dan polusi, meningkatkan efisiensi energi dan sumber daya, serta mencegah hilangnya keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem.
Berkoperasi atau mendirikan koperasi memiliki potensi besar dalam mendukung ekonomi hijau di Sumatera Barat. Koperasi dapat membantu memberdayakan masyarakat lokal, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, dan mendukung praktik berkelanjutan. Beberapa alasan mengapa berkoperasi penting dalam ekonomi hijau diantaranya (1) partisipasi dan kepemilikan; anggota koperasi memiliki andil dalam pengambilan keputusan dan pembagian keuntungan, sehingga mendorong partisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi. (2) Pemberdayaan komunitas; koperasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dengan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan. (3) Praktik berkelanjutan; koperasi dapat mengadopsi praktik berkelanjutan dalam berbagai sektor seperti pertanian, perikanan, dan energi terbarukan.
Implementasi berkoperasi dalam ekonomi hijau di Sumatera Barat dapat dilakukan melalui: (1) koperasi pertanian berkelanjutan dengan mengembangkan koperasi pertanian organik yang fokus pada produksi tanpa penggunaan pestisida dan pupuk kimia, menjaga kesuburan tanah dan kesehatan lingkungan. Selain itu juga agroforestri yang menggabungkan tanaman pertanian dengan pohon untuk meningkatkan keberlanjutan lahan dan keanekaragaman hayati.
(2) Koperasi perikanan berkelanjutan dengan praktik penangkapan ramah lingkungan. Ini dilakukan dengan menerapkan metode penangkapan ikan yang tidak merusak ekosistem laut dan menjaga populasi ikan. Selain itu, budidaya ikan terpadu dengan mengembangkan budidaya ikan yang terintegrasi dengan pertanian untuk memanfaatkan limbah sebagai pupuk dan menjaga keseimbangan ekosistem.
(3) Koperasi pengelolaan hutan dan lahan gambut untuk restorasi ekosistem. Koperasi yang fokus pada restorasi hutan dan lahan gambut, menanam kembali pohon-pohon asli, dan mengelola air dengan baik. Selain itu juga pemanfaatan hasil hutan non-kayu dengan mengembangkan usaha berbasis hasil hutan non-kayu seperti madu, rotan, dan rempah-rempah yang mendukung keberlanjutan hutan.
(4) Koperasi energi terbarukan, diantaranya dengan proyek energi mikrohidro. Mengembangkan pembangkit listrik tenaga mikrohidro untuk menyediakan energi bersih bagi komunitas lokal. Juga panel surya komunal. Menginstal panel surya di komunitas untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mengurangi emisi karbon.
(5) Koperasi ekowisata yang mengelola wisata alam, budaya dan edukasi. Mengelola destinasi wisata alam seperti taman nasional dengan prinsip ekowisata yang menjaga kelestarian alam. Menawarkan wisata edukasi yang mengajarkan tentang praktik berkelanjutan dan keanekaragaman hayati kepada pengunjung.
Peluang dan Tantangan dalam Strategi yang Kolaboratif-Ekosistemik
Peluang berkoperasi untuk ekonomi hijau diantaranya adalah (1) akses pendanaan hijau. Koperasi dapat mengakses pendanaan dari lembaga internasional dan nasional yang mendukung proyek hijau. (2) Peningkatan kesejahteraan. Meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi melalui peningkatan pendapatan dan akses ke pasar hijau. Dan (3) Pengembangan kapasitas. Pelatihan dan pendidikan bagi anggota koperasi dalam praktik berkelanjutan dan manajemen usaha.
Tantangan berkoperasi untuk ekonomi hijau diantaranya (1) pendanaan awal, keterbatasan modal awal untuk mendirikan dan mengembangkan koperasi. (2) Kesadaran dan edukasi, kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang pentingnya praktik ekonomi hijau. Dan (3) manajemen dan kepemimpinan, kebutuhan akan manajemen dan kepemimpinan yang efektif untuk memastikan operasional yang sukses dan berkelanjutan.
Untuk mencapai keberhasilan dalam berkoperasi sebagai jalan berekonomi hijau, kolaborasi dengan berbagai pihak sangat penting. Mereka diantaranya adalah (1) Pemerintah Daerah untuk dukungan kebijakan, insentif, dan fasilitas pembiayaan untuk koperasi hijau. (2) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Internasional (OI) untuk bantuan teknis, pelatihan, dan pendanaan proyek koperasi hijau. (3) Sektor Swasta untuk kemitraan dengan perusahaan dalam akses pasar dan teknologi hijau. (4) Akademisi dan Peneliti untuk kerjasama dalam mengembangkan praktik berkelanjutan dan inovasi teknologi.
Berkoperasi sebagai jalan berekonomi hijau di Sumatera Barat memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melestarikan lingkungan, dan menciptakan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan modal alam dan budaya lokal, serta melalui kolaborasi yang kuat, koperasi dapat menjadi pilar penting dalam pembangunan ekonomi hijau di Sumatera Barat.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat berkoperasi dalam ekonomi hijau dilakukan dengan (1) edukasi, pelatihan dan seminar di tingkat desa/nagari dan kota untuk menjelaskan konsep koperasi dan manfaat ekonomi hijau. (2) Kampanye sekolah, yaitu melibatkan sekolah-sekolah dalam kampanye kesadaran tentang koperasi dan ekonomi hijau melalui kurikulum tambahan dan kegiatan ekstrakurikuler.
(3) Pelatihan berkelanjutan dengan menyediakan pelatihan berkala bagi masyarakat tentang praktik berkelanjutan, manajemen koperasi, dan teknologi hijau. (4) Penyuluhan oleh pemerintah dan LSM untuk menyebarkan informasi tentang koperasi dan ekonomi hijau. (5) Mengorganisir kunjungan lapangan ke koperasi yang sudah sukses menerapkan prinsip ekonomi hijau untuk memberikan contoh nyata kepada masyarakat. (6) Menggunakan media massa seperti radio, televisi, dan koran lokal untuk menyebarkan informasi dan cerita sukses tentang koperasi hijau.
(7) Memanfaatkan platform media sosial untuk kampanye informasi, termasuk video edukatif, infografis, dan diskusi online. (8) Distribusi leaflet dan brosur yang menjelaskan manfaat koperasi dan praktik ekonomi hijau di tempat-tempat umum seperti pasar, balai desa, dan pusat kesehatan. (9] Mengadakan demonstrasi praktik pertanian organik, energi terbarukan, dan pengelolaan sampah di komunitas lokal. (19) Pameran Koperasi Hijau yaitu menyelenggarakan pameran yang menampilkan produk-produk koperasi hijau dan teknologi berkelanjutan yang dapat diterapkan.
Langkah-langkah konkret yang dapat diambil oleh pemerintah daerah untuk mendukung pengembangan koperasi hijau diantaranya penyediaan kebijakan dan regulasi yang mendukung, fasilitasi pembiayaan dan insentif ekonomi, peningkatan kapasitas dan pelatihan, penyediaan infrastruktur pendukung, promosi dan pemasaran, mendorong kolaborasi dan jaringan, serta monitoring dan evaluasi.
Koperasi dapat mengatasi tantangan pendanaan dan manajemen untuk mencapai keberhasilan jangka panjang dengan diversifikasi sumber pendanaan, kemitraan strategis, pemanfaatan program pembiayaan pemerintah. Kemudian pelatihan dan pengembangan kapasitas dalam pelatihan manajemen bagi pengurus dan anggota; pelatihan tentang manajemen keuangan, akuntansi, dan pelaporan keuangan yang transparan; penggunaan teknologi hijau dan praktik inovatif untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan. Penerapan sistem manajemen yang efektif, penggunaan teknologi informasi, pendekatan partisipatif dan inklusif atau emansipatoris, serta mentorship dan jaringan.
Strategi kolaboratif ekosistemik adalah pendekatan yang menggabungkan berbagai pemangku kepentingan untuk bekerja sama dalam memelihara dan mengelola ekosistem secara berkelanjutan. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan sinergi antara pemerintah, masyarakat, sektor swasta, akademisi, dan organisasi non-pemerintah (LSM) untuk mencapai tujuan bersama dalam konservasi lingkungan dan pembangunan ekonomi hijau. Strategi kolaboratif ekosistemik yang efektif untuk mengembangkan ekonomi hijau di Sumatera Barat melalui kerjasama antara berbagai pemangku kepentingan. Dengan membangun platform kolaboratif, mengelola sumber daya secara berkelanjutan, mengedukasi masyarakat, mengembangkan proyek hijau, dan menerapkan kebijakan yang mendukung, Sumatera Barat dapat mencapai keberhasilan dalam ekonomi hijau dan konservasi ekosistem.
Virtuous Setyaka, (Dosen HI FISIP Universitas Andalas dan Ketua Koperasi Mandiri Dan Merdeka)
Bagikan:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru)