Oleh: Virtuous Setyaka
Taiwan dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem koperasi yang maju, termasuk di dalamnya Bank Koperasi Taiwan atau Taiwan Cooperative Bank (TCB). Institusi ini berperan penting dalam mendorong inklusi keuangan, memperkuat ekonomi lokal, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia, koperasi telah lama menjadi pilar ekonomi rakyat, namun masih menghadapi tantangan dalam hal efisiensi, transparansi, dan keberlanjutan.
Pada tahun 1913, asosiasi industri pertama Taiwan didirikan selama masa pendudukan Jepang. Pada tahun 1942, asosiasi ini digabung menjadi Union of Taiwan Industrial Association, dan direorganisasi menjadi Taiwan Industrial Bank dan Taiwan Agricultural Association. TCB didirikan pada tahun 1946 sebagai bagian dari strategi nasional untuk memperkuat ekonomi berbasis komunitas. Sebagai institusi keuangan berbasis koperasi, bank ini memiliki struktur kepemilikan anggota yang memungkinkan keuntungan didistribusikan kembali kepada pemegang sahamnya, yakni para anggotanya. Bank ini beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip koperasi seperti partisipasi demokratis, pengelolaan yang transparan, dan pemberdayaan ekonomi lokal (Lin, 2019).
Total modal ekuitas sejumlah 25 juta Dolar Taiwan Lama disediakan oleh Pemerintah Provinsi Taiwan bersama dengan kelompok koperasi, asosiasi petani, asosiasi nelayan, dan asosiasi irigasi. Modal ekuitas dibagi menjadi 250 ribu saham, dengan masing-masing senilai NT$100. Pemerintah memegang 150 ribu saham dan 100 ribu saham sisanya dipegang oleh asosiasi. Selama 70 tahun terakhir, skala operasional Bank terus berkembang berkat upaya seluruh staf, dan pada akhir tahun 2023 modal ekuitasnya mencapai NT$110,075 miliar.

Per 31 Desember 2023, Bank memiliki total 297 kantor cabang dalam dan luar negeri. Menurut daftar 1.000 bank teratas dunia berdasarkan ukuran aset, yang diterbitkan dalam majalah The Banker edisi Juli 2023, TCB berada di peringkat ke-160 di dunia dan ke-3 di Taiwan. Dalam daftar perbankan global 500 merek perbankan teratas, yang diterbitkan oleh Brand Finance, konsultan penilaian dan strategi merek Inggris, pada Maret 2024, TCB berada di peringkat ke-219 di dunia dan ke-5 di Taiwan.
Fokus utama TCB adalah memberikan layanan keuangan kepada masyarakat kecil dan menengah, termasuk kredit usaha mikro dan dukungan bagi sektor pertanian. Bank ini juga memanfaatkan teknologi digital untuk menjangkau lebih banyak pelanggan, meningkatkan efisiensi, dan mempermudah akses keuangan (Chang, 2021).
Bank Koperasi Taiwan sebagai Bank Transnasional
Keberhasilan TCB dapat diidentifikasi pada manajemen yang efisien, inovasi teknologi digital, dan pemberdayaan ekonomi lokal. TCB berhasil menciptakan sistem manajemen yang transparan dan akuntabel. Penggunaan teknologi keuangan (fintech) memungkinkan operasional yang efisien dan meningkatkan kepercayaan anggota (Huang, 2020). Penggunaan aplikasi seluler dan layanan internet banking mempermudah transaksi keuangan bagi anggota koperasi. Inisiatif ini juga berhasil meningkatkan inklusi keuangan, terutama di daerah pedesaan (Tsai & Chen, 2022). TCB mendukung pertumbuhan ekonomi lokal melalui program pembiayaan untuk usaha kecil dan menengah (UKM). Program ini secara langsung berdampak pada pengurangan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat (Lin, 2019).
Menurut Anggaran Dasar TCB, Bank bertanggung jawab untuk menjalankan misi mengoperasikan bisnis perbankan, mengembangkan konstruksi ekonomi nasional, dan menyediakan penyesuaian keuangan untuk industri pertanian dan perikanan. Selain menyediakan pembiayaan untuk perusahaan koperasi, industri pertanian dan perikanan, dan usaha kecil dan menengah, TCB juga menawarkan layanan simpanan, pinjaman, dan valuta asing untuk perusahaan bisnis secara umum untuk memfasilitasi pemanfaatan dana dan mempromosikan pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Hal ini menjadikan TCB sebagai bank yang beroperasi di tingkat internasional terkonsolidasi untuk pembiayaan pertanian, perikanan, koperasi, dan bisnis.
TCB memiliki potensi besar untuk menjadi model koperasi keuangan yang sukses, meskipun masih menghadapi berbagai kelemahan, seperti kurangnya diversifikasi produk, ketergantungan pada subsidi pemerintah, dan keterbatasan transformasi digital. Dengan mengatasi kelemahan ini melalui diversifikasi, digitalisasi, dan reformasi organisasi, TCB dapat meningkatkan efektivitas dan keberlanjutannya. Pelajaran dari kasus ini juga relevan bagi negara lain, termasuk Indonesia, yang ingin mengembangkan koperasi sebagai pilar ekonomi rakyat.
Pelajaran bagi Indonesia
Tantangan dalam berkoperasi di Indonesia antara lain adalah regulasi dan kebijakan, kurangnya inovasi teknologi, dan minimnya kepercayaan publik. Salah satu kendala utama dalam pengembangan koperasi di Indonesia adalah regulasi yang belum mendukung secara optimal. Keterbatasan kebijakan yang mendorong transparansi dan efisiensi menjadi hambatan bagi perkembangan koperasi (Widianto, 2021). Kemudian, sebagian besar koperasi di Indonesia masih menggunakan metode konvensional dalam operasionalnya. Hal ini mengurangi daya saing koperasi di tengah perkembangan ekonomi digital (Setiawan & Pratama, 2022). Selain itu juga banyak koperasi di Indonesia menghadapi masalah reputasi akibat kasus-kasus penyalahgunaan dana atau manajemen yang buruk (Susanti, 2020).
TCB menunjukkan pentingnya pelatihan manajerial dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk memastikan pengelolaan yang profesional (Huang, 2020). Indonesia dapat mengadopsi program pelatihan manajemen koperasi yang berbasis praktik terbaik internasional. Digitalisasi koperasi harus menjadi prioritas di Indonesia untuk meningkatkan akses keuangan dan efisiensi operasional. Pemerintah dapat memberikan insentif kepada koperasi yang mengadopsi teknologi keuangan (Chang, 2021). Membangun kepercayaan publik. Transparansi dan akuntabilitas, seperti yang dilakukan oleh TCB, dapat membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap koperasi. Penerapan audit independen dan keterbukaan informasi keuangan menjadi langkah strategis (Lin, 2019).
TCB menawarkan pelajaran berharga bagi Indonesia dalam mengelola koperasi yang efisien, inklusif, dan berkelanjutan. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip manajemen yang transparan, inovasi teknologi digital, dan pendekatan pemberdayaan ekonomi lokal, koperasi di Indonesia dapat bertransformasi menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Namun, implementasi strategi ini memerlukan dukungan penuh dari pemerintah, pemangku kepentingan, dan masyarakat koperasi itu sendiri.
**Virtuous Setyaka, Dosen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas; Anggota Geostrategy Study Club (GSC) Indonesia; dan fokus pada kajian masyarakat sipil, gerakan sosial serta koperasi global.
Bagikan:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru)