Biar orang bilang apa saja, biar, biar.
Indonesia negara paling korup di dunia
Elite Indonesia serakah harta dan kekuasaan
Dengarlah, Bung Karno dimanfaatkan komunis, Pak Harto dimanfaatkan putra-putrinya, Habibie dimanfaatkan konco-konconya, Gus Dur dimanfaatkan tukang pijitnya, Megawati dimanfaatkan, Jokowi dimanfaatkan seniornya.
Senandung diatas adalah puisi karya dari wartawan senior Rosihan Anwar (Baris terakhir adalah modifikasi penulis). Puisi tersebut seperti menjadi cerminan kehidupan, nafas, dan kondisi nyata masyarakat Indonesia. Korupsi, sebuah kata dan tindakan yang membuat bangsa ini bangkrut dan terperosok ke jurang paling kelam. Benarkah korupsi telah jadi bagian dari budaya dan sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia?
Budaya dan Korupsi
Budaya menurut Ki Hajar Dewantara adalah buah budi dan akal manusia atau hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat yaitu zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Sederhananya budaya lahir dari perjuangan manusia terhadap zaman dan alam yang akhirnya menghasilkan suatu hal yang dapat bertahan dari ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Budaya sejatinya merupakan perilaku positif berasal dari budi dan akal manusia untuk itu perilaku yang dihasilkan oleh budaya tentunya berunsur kebaikan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Korupsi berasal dari bahasa latin Corruptio dari kata kerja Corrumpe yang berarti busuk, rusak, menyogok dan memutarbalik. Sedangkan dalam arti harfiah, korupsi merupakan perilaku penguasa atau pejabat publik yang secara tidak wajar atau melalui cara ilegal memperkaya diri atau kelompoknya dengan menyalahgunakan kekuasaan yang dipercayakan oleh masyarakat (Buyung dkk, 1999). Dari pengertian diatas korupsi merupakan perbuatan negatif yang mempunyai daya rusak luar biasa yang mampu mempengaruhi ekonomi negara, meningkatkan kemisikinan, memperlebar jurang ketimpangan sosial, mendistorsi hukum, menurunkan kualitas pelayanan dan kepercayaan publik, yang paling parah merusak mental dan budaya bangsa.
Pertanyaan yang kemudian muncul lagi sejalan pada paragraf awal tulisan, apakah korupsi akhirnya menjadi budaya? jawabannya akan bervariasi tergantung bagaimana kita memaknai arti budaya dan kekuatan ikatannya dalam menentukan pola dan norma yang berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendiri bangsa yaitu Mohammad Hatta pernah menyatakan bahwa korupsi di Indonesia telah menjadi budaya karena melihat fenomena yang terjadi pada masa itu, budaya adalah warisan jadi apakah para pendahulu atau nenek moyang kita mewariskan korupsi juga, masalahnya tentu menjadi rumit untuk itu diperlukan referensi dalam pemaknaan budaya yang spesifik (Viola, 2013). Namun, hal yang jelas bahwa tindakan korupsi dalam bentuk dan level apapun dapat merusak nilai-nilai etika, norma sosial dan agama, sehingga dapat menjadi perilaku yang mengkorupsi budaya, yang kemudian secara bertahap bahkan langsung diterima oleh masyarakat sebagai hal yang wajar, maka korupsi budaya telah terjadi yang akhirnya membentuk budaya korupsi. Jadi budaya korupsi terjadi karena korupsi budaya akibat lemahnya kontrol sosial atau pengabaian terhadap upaya penguasa mendahulukan kepentingan pribadi atau kelompoknya dari pada kepentingan publik saat mereka menjabat atas mandat dari publik atau rakyat secara langsung maupun tidak langsung (Suharsaputra, 2013). Dapat kita simpulkan korupsi bukanlah budaya namun bisa membudaya.
Korupsi di Papua
Dilansir dari dataindonesia.id kasus korupsi di Indonesia, berdasar data Indonesia Corruption Watch (ICW), terdapat 579 kasus yang ditindak di Indonesia pada tahun 2022. Jumlah tersebut meningkat 8,63% dibanding tahun 2021 sebanyak 533 kasus. Berbagai kasus tersebut, ada 1.396 oknum yang menjadi tersangka korupsi di dalam negeri. Jumlahnya juga naik 19,01% dibanding tahun 2021 sebanyak 1.173 tersangka. Dibawah ini adalah data kasus korupsi yang di tangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berdasar wilayah dari tahun 2004-2022:
Papua menjadi daerah dengan kasus korupsi terbanyak di wilayah timur Indonesia, di Papua korupsi bukanlah hal yang tabu, sudah banyak oknum pemimpin daerah yang terjerat kasus korupsi dan tertangkap KPK di daerah yang telah menjadi Otonomi Khusus (Otsus) sejak 22 Oktober 2001. Penulis merangkum kasus-kasus korupsi besar di Papua yang terjadi beberapa tahun belakang ini:
1. Kasus Korupsi Gubernur Papua Lukas Enembe
Kasus korupsi lukas enembe masih hangat-hangatnya dibahas publik dari penangkapan beliau pada 10 Januari 2023 lalu yang penuh drama hingga saat ini, pada akhirnya Lukas Enembe sudah ditetapkan sebagai tersangka. Kasus korupsi yang menjerat Lukas Enembe bermula saat Lukas menerima suap dan gratifikasi dari tersangka RL dari PT Tabi Bangun Papua (TBP). Lukas diduga berperan aktif dalam pengadaan proyek infrastruktur di Dinas PUTR Pemprov Papua dengan memenangkan perusahaan tertentu, salah satunya PT TBP. Selain menerima suap, Lukas Enembe terlibat pemberian gratifikasi senilai 10 M yang berkaitan dengan jabatannya. Selain gratifikasi sebesar Rp 1 miliar yang ditemukan KPK, ternyata turut ditemukan adanya aliran dana tak wajar yang mencapai setengah triliun rupiah. Jika kemudian tudingan dan temuan KPK terbukti, maka Lukas bisa dianggap kepala daerah paling korup sepanjang sejarah Indonesia.
2. Kasus Korupsi Bupati Mamberamo Tengah Ricky Ham Pagawa
Korupsi Bupati Mamberamo Tengah hampir bersamaan dengan kasus korupsi Gubernur Papua dan dengan kasus korupsi yang sama yaitu gratifikasi. Bupati mamberamo tengah yaitu Ricky Ham Pagawa diduga menerima uang suap senilai Rp 24,5 miliar dari sejumlah proyek pembangunan infrastruktur di Mamberamo Tengah. KPK menyatakan Ricky menerima uang suap dari tiga petinggi perusahaan yang menggarap proyek infrastruktur di wilayahnya. Ricky telah ditetapkan sebagai tersangka dan masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 18 Juli 2022 dan kemudian di tangkap di Jayapura pada 19 Februari 2023.
3. Kasus Korupsi Bupati Mimika Eltinus Omaleng
Kasus korupsi bupati Mimika Eltinus Omaleng juga hampir bersamaan dengan 2 kasus korupsi diatas pada tahun 2022. Eltinus Omaleng terjerat kasus korupsi dana pembangunan Gereja Kingmi Mile 32, korupsi Eltinus telah merugikan negara sebesar Rp 21,6 miliar. Eltinus diduga menikmati hasil korupsi itu hingga Rp 4,4 miliar.
4. Kasus Korupsi Plt Bupati Mimika Johannes Rottob
Dan yang terbaru di tahun 2023 ini, Plt Bupati Mimika Johannes Rettob (JR) ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan pesawat dan helikopter dengan kerugian negara mencapai Rp 43 miliar. Kejaksaan Tinggi (Kejati) Papua yang mengusut perkara ini menilai pengadaan transportasi udara di lingkup Dinas Perhubungan (Dishub) Mimika itu tidak dengan sesuai prosedur.
Di Papua Selatan sendiri, yang merupakan domisili dari penulis, telah ditetapkan 6 kasus korupsi pada tahun 2022, 4 kasus telah diputus yakni 3 tersangka dari Dinas Perikanan Kabupaten Merauke sehubungan dengan pengadaan kapal bantuan fiktif dana Otsus, kemudian Kepala Kas Bank Papua Distrik Suator, Kabupaten Asmat. Sementara kasus korupsi pada Dinas Pendidikan Kabupaten Boven Digoel yang divonis 7 tahun penjara (Suara Merauke, 2022). Ketua KPK Firli Bahuri menyatakan, pada saat penangkapan Bupati Mamberamo Tengah diawal tahun ini, semakin menambah panjang daftar kepala daerah yang terjerat kasus korupsi di Papua sejak 2008 hingga 2022, sejumlah kepala daerah itu antara lain, Bupati Yapen Waropen, Bupati Boven Digoel, Bupati Supiori, Gubernur Papua periode 2006-2011, Bupati Biak Numfor, dan Bupati Mimika. Kemudian, Bupati Mamberamo Tengah, dan Gubernur Papua saat ini, Lukas Enembe.
Miskin Karena Korupsi
Tidak berlebihan ketika mengatakan bahwa Papua menjadi daerah termiskin di Indonesia karena korupsi yang menggerogoti mereka, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 dibawah ini menunjukkan presentase berikut:
Masalah kemiskinan memang bukan sepenuhnya hanya menjadi tanggung jawab penguasa daerah maupun pusat, namun sudah seharusnya para penguasa berperan sebagai teladan kejujuran dan kesederhanaan. Keteladanan tersebut akan terpancar pada perilaku yang berdampak terhadap perbaikan mental dan pandangan hidup masyarakat yang cenderung serba instan, hedonis, dan serakah yang dapat berujung kepada perilaku korupsi. Penguasa atau pemerintah mestinya peka akan kebutuhan dasar masyarakat yang akhirnya mampu menunjang kesejahteraan, terbebas dari kemiskinan, dan mandiri dalam kompetisi kehidupan sosial. Adanya dialog terbuka dengan masyarakat, sehingga kepentingan publik sejalan dengan kebijakan publik.
Budaya Papua Berantas Korupsi
Papua merupakan kepingan surga, begitu indah dan kaya alamnya, orang-orangnya begitu ramah dan peduli terhadap sesama tanpa melihat suku, ras dan agama. Itulah yang penulis rasakan selama tinggal di Merauke Papua Selatan ini. Heteroginitas etnis yang tinggi, kebudayaan dan kompleksitas adat serta gerakan sosial di tanah Papua memiliki sejarah yang komplek, ada lebih 253 etnis dengan bahasa, struktur sosial, tradisi, sistem kepercayaan/agama, dan kondisi geografis yang berbeda-beda Kompleksitas persoalan di Tanah Papua terjadi seiring dengan peralihan kekuasaan-kekuasaan politik terhadap tanah Papua (Widjojo dkk, 2009). Sejatinya melalui beragam budaya yang ada di Papua, kita dapat menanamkan nilai-nilai antikorupsi. Jika kita menilik lebih dalam, di Papua, kesatuan kesenian dalam hal ini visual, tari, nyanyian/suara dan musik telah menjadi ruh dan kehidupan masyarakat.
Kesenian dalam bentuk lagu dan tarian Papua penuh dengan makna luhur, selain lagu dan tarian, dalam peribahasa pesan anti korupsi dan kejujuran juga bisa kita dapatkan dalam falsafah hidup masyarakat Papua. Di Merauke, Suku Marind mempunyai falsafah hidup yaitu Izakod Bekai Izakod Kai yang berarti Satu Hati Satu Tujuan, falsafah lokal ini dapat diaplikasikan sebagai bentuk kebersamaan gotong royong (Mba Izakod Sesahi), simbol perdamaian dan diyakini sebagai media penyelesaian konflik (Waninggap Bekai). Falsafah Izakod Bekai Izakod Kai dapat dijadikan sebagai bentuk pendekatan pendampingan berbasis budaya bagi masyarakat sebab didalamnya terdapat makna dan nilai-nilai yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat. Korupsi yang dapat memecah, mendatangkan konflik dan kesengsaraan masyarakat tentu jauh dari falsafah Izakod Bekai Izakod Kai dan budaya-budaya Papua lainnya.
Pendidikan anti korupsi berbasis budaya juga dapat diterapkan sebagai instrumen penting dalam membangun karakter masyarakat, karena pendidikan merupakan upaya normatif yang mengacu pada nilai-nilai mulia nan luhur. Pendidikan membimbing masyarakat menjadi manusia yang makin dewasa secara intelektual, moral dan sosial, dalam konteks ini pendidikan merupakan pemelihara budaya agar korupsi tidak “membudaya”.
Referensi
Adnan Buyung Nasution, dkk. 1999. Menyingkap Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme di Indonesia, Yogyakarta: Aditya Media.
I Ngurah Suryawan. 2014. Desain Besar Penataan Daerah dan Dinamika Identitas Budaya di Papua Barat.
Viola, dkk. 2013. Mengupas Tuntas Budaya Korupsi yang Mengakar serta Pembasmian Mafia Koruptor Menuju Indonesia Bersih.
https://dataindonesia.id/varia/detail/icw-penindakan-kasus-korupsi-meningkat-pada-2022.(Diakses 23 April 2022)
https://www.bps.go.id/publication/2022/02/25/0a2afea4fab72a5d052cb315/statistik-indonesia-2022.html. (Diakses 20 April 2022)
https://suara.merauke.go.id/post/2984/kejari-merauke-masih-menunggu-hasil-audit-bpkp.html. (Diakses 21 April 2022)
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/27057/22/T1_372016021_Daftar%20Pustaka.pdf. (Diakses 21 April 2022)
Kartika dan Novan, dosen dan mahasiswa di Universitas Musamus Merauke
Bagikan:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru)