Pundung

Pundung

Oleh: Ria Febrina

Pundung

Suatu hari seorang teman mengirimkan saya sebuah video. Video tersebut memuat kosakata baru dalam bahasa Indonesia. Kosakata tersebut dituturkan oleh salah seorang musisi Indonesia, Ariel Noah. Dalam wawancara bersama Ferdy Tahier di kanal Youtube Ferdy Element, Ariel mengisahkan kembali perjalanan bermain musik bersama grup Peterpan. Kala Ariel menceritakan pengalamannya, saya pun mendengar kosakata tersebut, yakni pundung.

Mendengar kata pundung, saya juga terkejut. Bahasa Indonesia memiliki kata tersebut ya? Saya belum mendengar kata pundung dalam bahasa Indonesia. Kalau yang seirama, saya mengenal kata kepundung yang merupakan buah berwarna hijau kekuning-kuningan dengan rasa yang agak asam dan manis. Dalam bahasa Minangkabau, buah ini sering menjadi umpatan untuk seseorang yang mempunyai perilaku yang mengesalkan, seperti “Eh, kapunduang”. Seseorang mengucapkan kata tersebut dengan perasaan kesal yang tak terkira.

Saya menebak-nebak, apakah kata pundung ini semakna? Karena tidak sabar, saya pun membuka kamus-kamus bahasa Indonesia. Saya telusuri kamus bahasa Indonesia susunan W. J. S. Poerwadarminta, E. St. Harahap, dan Sutan Mohammad Zain. Saya berharap kata ini ada dalam kamus-kamus tersebut. Ternyata harapan saya sia-sia, saya tidak menemukan kata tersebut. Kamus selanjutnya yang saya tuju adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hingga KBBI Edisi V yang diterbitkan tahun 2018, saya juga tidak menemukan kata pundung yang dimaksud Ariel Noah. Kata pundung yang ada mulai KBBI Edisi II adalah kata yang bermakna ‘1 gundukan tanah; 2 sarang semut’. Kata ini merupakan kata yang diserap dari bahasa Jawa dan tidak dapat mewakili makna yang saya cari.

Lalu, kata pundung seperti apa yang dimaksudkan Ariel Noah dalam percakapan tersebut? Saya baru menemukan makna kata tersebut dalam KBBI daring. Ternyata pundung yang dimaksud adalah kosakata yang berasal dari bahasa Sunda yang bermakna ‘pergi atau berhenti melakukan sesuatu karena merajuk’. Saya menyimak lagi konteks pembicaraan Ariel. Ternyata mereka sedang membahas lagu-lagu ciptaan personel Peterpan. Lagu yang dibahas adalah lagu Andika yang sulit diterima karena tidak enak didengar oleh anggota yang lain.

“Ada keadaan sampai dia pundung karena dia pengen lagunya masuk,” ujar Ariel menjelaskan lagu yang dimaksud adalah lagu yang berjudul “Aku”. Bahkan, kala itu anggota personel lain, Luqman, kabur karena tidak mau mengisi irama gitar untuk lagu tersebut. Namun, karena Andika pundung, Ariel pun akhirnya membuatkan liriknya.

Setelah menyimak video tersebut, setidaknya saya mendengar tiga kali Ariel mengucapkan kata pundung. Kata pundung yang terakhir pun direpetisi dalam kalimat, “Kan dia pundung waktu itu”. Mendengar kosakata yang diserap dari bahasa Sunda ini, saya pun tertarik untuk menuliskannya. Dalam bahasa Indonesia, ada kata lain yang memiliki makna yang mirip dengan kata pundung, yakni mengambek dan merajuk. Namun, satu hal yang membedakannya adalah tindakan. Kata pundung menimbulkan sebuah tindakan setelah seseorang mengambek dan merajuk. Seseorang yang pundung akan pergi atau berhenti melakukan sesuatu.

Karena penasaran dengan pemakaian kata ini, saya pun menanyakan kosakata ini kepada seorang teman yang berasal dari Sunda. Ternyata kata pundung merupakan kata sifat yang sangat sering dipakai oleh orang Sunda. Kala dia kecil, orang tuanya pernah berkata, “Jangan pundung lagi ya, Nak”. Teman saya dulu pernah pundung karena keinginannya tidak terkabulkan. Setelah orang tuanya mengabulkan permintaannya, ia pun mendengar kalimat, “Jangan pundung lagi”.

Untuk memastikan seperti apa kata pundung dipakai dalam korpus berbahasa Indonesia, saya pun menelusuri Korpus Leipzig dan Korpus Indonesian Web (Sketch Engine). Saya menemukan kalimat-kalimat berikut yang menggunakan kata pundung.

(1) Begitu aja dah pundung, padahal itu belum seberapa lho dibanding apa yang dialami komikus lokal yang kutahu.

(2) Kalau dikejar, ujung-ujungnya pundung, tidak melanjutkan pembahasan ….

Dari dua kalimat tersebut, tampak bahwa kata pundung merupakan kata sifat yang merujuk pada sifat seseorang yang merajuk karena sesuatu hal. Kala ia merajuk, ia berhenti melakukan aktivitas atau pergi meninggalkan aktivitas tersebut. Contoh lain yang lebih konkret, kita bisa lihat pada berita yang terdapat di media daring Detik.com berikut.

(4) … pihaknya belum mengetahui alasan korban pundung atau meninggalkan rumah karena merajuk.

Kalimat tersebut merupakan bagian dari isi berita yang berjudul “Terungkap Motif Remaja Dlingo Pundung-Ditemukan di Hutan gegara Minta HP” yang dimuat pada Jumat, 11 Agustus 2023.  Dalam berita tersebut, dijelaskan bahwa seorang remaja warga Bantul, Yogyakarta, pundung dengan kabur ke hutan karena tidak dibelikan ponsel baru.

Namun, ada yang menarik dari kalimat yang ditulis oleh wartawan Detik.com tersebut. Dia menuliskan bahwa korban pundung karena merajuk. Hal tersebut menjelaskan bahwa kata pundung tidak bersinonim dengan kata merajuk, tetapi saling berhubungan sebab-akibat. Seseorang pundung karena merajuk. Artinya, kata pundung lebih mengarah pada perginya seseorang setelah ia merajuk. Makna itulah yang dipakai oleh Ariel ketika menjelaskan Andika, anggota Peterpan yang dulu pundung saat lagunya tidak diterima oleh anggota lain.

Masuknya kata pundung ke dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam KBBI daring  menunjukkan kepada kita bahwa kosakata dari bahasa daerah terus berperan dalam menambah kosakata bahasa Indonesia. Penambahan ini sangat positif karena Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia memang terus berupaya menambah kosakata bahasa Indonesia dengan menyerap kata dari bahasa daerah.

Dalam Kongres Bahasa Indonesia XII pada 25—28 Oktober 2023 kemarin, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia, E. Aminudin Aziz menyatakan bahwa pada 2024 nanti, kosakata bahasa Indonesia akan ditambah menjadi 200.000 kata. Akan ada penambahan sebanyak 73.000 lebih kata jika dibandingkan hari ini yang masih berjumlah 127.000 kata. Bahkan, calon presiden Republik Indonesia, Anies Baswedan juga bertekad untuk menambah kosakata bahasa Indonesia menjadi 250.000 kata jika ia terpilih menjadi presiden nantinya.

Dibalik keinginan pemerintah menambah kosakata, baik melalui bahasa daerah, bahasa asing, atau menciptakan kosakata baru, apa yang dilakukan Ariel Noah melalui wawancara di kanal Youtube merupakan cara terbaik dalam mengenalkan kosakata baru kepada masyarakat. Para pejabat, pemimpin negara, tokoh publik, artis, dan kreator konten merupakan pihak yang dapat mempopulerkan sebuah kosakata dengan cepat. Di dunia digital saat ini, masyarakat cenderung melihat dan meniru pilihan kata mereka.

Dalam mempercepat kosakata ini menyebar kepada masyarakat, sosialisasi melalui tokoh publik adalah hal yang amat penting. Jangan sampai kita baru kelabakan ketika sebuah kosakata asing masuk dan sulit digantikan karena masyarakat sudah terlanjur suka dan sudah terlalu sering memakai kosakata tersebut. Padahal, ada kosakata bahasa daerah atau kosakata bahasa Indonesia yang lebih tepat untuk menggantikan kata asing tersebut. Menambah kosakata ke dalam sebuah bahasa itu memang penting, namun yang paling penting adalah mempopulerkan kata tersebut. Kosakata tersebut harus dipakai secara berulang.

Ria Febrina, Dosen Jurusan Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora Universitas Gadjah Mada

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top