Talk Show AFTA: Masa Depan Pertanian di Tangan Anak Muda

Talk Show AFTA: Masa Depan Pertanian di Tangan Anak Muda

Padang, cagak.id–Tahun 2023 anak muda harus bisa berbicara tentang pembangunan pertanian masa depan dan menjadikan masalah pangan sebagai prioritas.

“Kita harus mampu membangun pertanian secara konseptual yang berbasis sains dan teknologi. Kita harus saling berkolaborasi, dan anak muda harus berani berinovasi. Pertanyaannya, anak muda mau atau tidak, terjun langsung di bidang pertanian?” ujar akademisi sektor agribisnis, Dedet Deperiky dalam acara Talkshow Hybrid dengan tema Anak Muda Bincang Pertanian. Acara digelar di Sekretariat Yayasan Alumni Fakultas Pertanian (AFTA) Kawasan GOR H Agus Salim, Padang, Sabtu (24/12/2022) lalu.

Menurut Dedet, peran anak muda memanfaatkan teknologi sangat penting dalam pembangunan pertanian kedepannya. Masa depan pertanian, khususnya di Sumbar, ditentukan oleh bagaimana anak muda bisa memanfaatkan kemajuan teknologi, dan sains. Sehingga mampu mempraktekannya secara berkelanjutan. Salah satu cara untuk mewujudkannya melalui kolaborasi.

“Prinsip kolaborasi adalah sebuah kemitraan secara suistinabel atau keberlanjutan. Jadi peran akademisi tidak selesai hanya pada riset, harus dilanjutkan dengan kontrol dan pengawasan. Begitu juga regulasi pemerintah, jangan setengah-setengah. Untuk pembangunan pertanian berkelanjutan, kita harus menyediakan akademisi yang kompeten, komunitas, pelaku usaha, media massa, dan pemerintah. Gerakan ini harus dinahkodai oleh anak muda yang berfikir secara kirtis, kreatif dan berani berinovasi. Anak muda yang bisa mengkomunikasikan gagasannya, dan harus didukung oleh semua pihak,” ungkap dosen Fakultas Pertanian Unand ini.

Sementara itu, Founder & CEO Pupuk Organik Angkasa, Arpindo Perkasa Group, Sudjamiko, mengatakan peluang untuk sektor pertanian di Sumbar sangat terbuka lebar, tetapi peluang itu beriringan dengan tantangan yang dihadapi.

“Kita harus melihat peluang dan mengatur strategi pemasaran, seperti memperkenalkan produk ke titik yang potensial. Dalam memulai bisnis di sektor pertanian, kita harus membuat produk yang bisa mengatasi masalah pertanian. Jika ingin masuk ke bisnis organik, sebenarnya bisnis organik adalah bisnis yang paling menjanjikan untuk kedepannya. Pupuk kimia tidak bisa mendorong seratus persen di sektor pertanian, semua butuh organik, semua hama sudah resistan, dan untuk menyeimbangkannya, kita butuh organic,” papar Miko.

Senada dengan itu, Founder & CEO PT Huma Inovasi Indonesia, Rio, mengungkapkan, dalam pembangunan pertanian, harus bisa menciptakan pertanian terintegrasi dengan memakai prinsip pertanian berkelanjutan. Untuk mencapai hal itu, terlebih dahulu meningkatkan SDM dan kemandirian petani itu sendiri. Untuk meningkatkan SDM dan kemandirian petani, dibutuhkan sinergi antara akademisi, pemerintah, kaum muda, pelaku usaha, dan petani itu sendiri.

“Kemandirian petani bisa dicapai dengan cara inkubator, agar petani benar-benar siap dalam menghadapi masalahnya, terkhususnya di Sumatera Barat,” tegasnya.

Pembicara lainnya, Pelaku Industri dan Hilirisasi Komoditas Kopi Dua Pintu & Roastery, Fajri Jumaiza, mengatakan, dibutuhkan konsistensi dalam pertanian. Persoalan konsistensi menurutnya masih menjadi kendala dalam pertanian di Sumbar. Ia mencontohkan, kendala atau permasalahan dalam usaha kopi adalah tidak stabilnya rantai suplai dari petani kepada bagian hilir. Permasalahan ini sebanarnya sangat simpel, tapi penyelesaiannya tidak tepat sasaran dan rumit.

“Kita lihat dari prosesnya, kopi yang diambil dari tengkulak itu cenderung asal-asalan, mereka tidak mementingkan quality tetapi hanya pada quantity. Hal ini menyebabkan tidak adanya konsistensi secara kualitas yang di hasilkan. Secara kuantitas naik, tapi tidak diikuti dengan perkembangan di sektor hulu,” jelasnya.

Dikatakan Fajri, hal yang harus dilakukan sekarang memaksimalkan lahan potensial yang ada di Sumbar dan menambah perspektif baru kepada petani sehingga mereka mau fokus untuk meningkatkan kualitas kopi dan tidak hanya pada kuantitas.

“Kedepannya, industri kopi masih sangat berpotensi, karena dari tahun ke tahun selalu meningkat, tetapi harus diimbangi dengan peningkatan di sektor hulu, dan di sektor hilir ada fokus ke develepment di quality. Hulu hilirnya difokuskan pada quality, pada akhirnya kita akan sampai ke konsep suistainibility,” terang Fajri.

Salah seorang petani dari Kabupaten Solok , Dahmi, menanggapi, pertanian menjadi kurang diminati generasi muda karena kurangnya kepastian di sektor tersebut, sehingga mereka lebih memilih untuk menjadi karyawan atau pekerja kantoran

“Permasalahan pertanian tidak hanya hulu dan hilir, tetapi juga pada manusianya. Kita harus bisa mengedukasi bahwa pertanian juga bisa bergerak di bidang industri, pengolahan, dan pemasaran. Hal inilah yang bisa menarik minat generasi muda lainnya,” ujarnya.

Sekretaris Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Sumbar, Ferdinal Asmin, menyampaikan peluang anak muda dalam melaksanakan pembangunan pertanian sangat besar.

Hal yang sama juga disampaikan Ketua Umum Yayasan AFTA, Muhammad Irsyad, tantangan ke depan pembangunan pertanian itu akan semakin berat. Tetapi dengan potensi yang dimiliki, akan mampu menghadapi tantangan pembangunan pertanian itu dari hulu hingga hilir. (Sulthan Daffa)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top