Tumbangnya Toko Buku, Anies Beri Solusi

Jakarta, Cagak.id—Anies Baswedan menanggapi fenomena toko buku yang tutup belakangan ini dalam agenda “Merajut Persatuan, Anies Baswedan Bicara Kebudayaan; tentang Kini dan Nanti” di Teater Wahyu Sihombing, TIM, Jakarta, Kamis (24/8/2023). Baginya ini merupakan tantangan untuk perbaikan kualitas masyarakat Indonesia. Toko buku menginterpretasikan pengetahuan, kebudayaan, dan kualitas manusia. Dalam hal ini negara harus hadir. Indonesia tidak akan kekurangan uang dengan mengurangi pajak (di industri percetakan dan perbukuan dari hulu-hilir).

Tutupnya beberapa toko buku disebabkan berbagai faktor salah satunya akibat tren digitalisasi bacaan dalam bentuk gawai, dan kurang meminati lagi dalam bentuk fisik/cetak.

Tahun ini, toko buku Gunung Agung yang telah beroperasi selama 70 tahun di Indonesia, kini berencana menutup seluruh gerainya hingga akhir 2023. Langkah serupa juga dilakukan sejumlah toko buku lainnya.

Untuk menjawab toko buku yang tumbang di Tanah Air ini, Anies memberikan solusi atas fenomena ini. Pertama, insentif pajak untuk kertas dan berbagai aktivitas cetak-mencetak terkait dengan literasi. Kedua, membuat benchmark. Ini bisa dilakukan benchmar ke India. Pasalnya, produksi buku di India jauh lebih murah daripada di negara penghasil bukunya itu sendiri. Lalu ketiga, distribusi buku.

“Membawa buku itu seberat batu. Seperti saat “Gerakan Indonesia Membaca”, sebuah program bangun perpustakaan di desa-desa terpencil, yang paling mahal adalah ongkos kirim bukunya. Ada perusahaan logistik yang membantu pengiriman buku ini secara gratis. Jadi, negara harus memberikan insentif untuk pengiriman buku ke seluruh wilayah Indonesia. Kirim buku itu mahal,” papar Anies Baswedan.

Anies menambahkan agar ke depan semua kegiatan terkait dengan perbukuan tidak menjadi beban dengan dikenakan pajak karena berbeda dengan kegiatan komersial lainnya.

 “Karena ini adalah tantangan dalam peningkatan pengetahuan, kebudayaan, dan kualitas manusia. Negara harus hadir. Indonesia tidak akan kekurangan uang dengan mengurangi pajak (di industri percetakan dan perbukuan dari hulu-hilir).”

Ditulis Oleh:
Baca Juga:

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top