
Oleh: Ria Febrina
Dari bahasa Belanda, kita mengenal kata opa; dari bahasa Malaysia, kita mengenal kata opah; dan dari bahasa Korea, kita mengenal kata oppa. Ketiga bentuk ini mirip, tetapi sebenarnya memiliki sejarah dan makna yang sangat berbeda. Kata opa dibawa oleh bangsa Belanda sebagai ragam percakapan bermakna ‘kakek’. Kata opah dipopulerkan melalui kartun Upin Ipin sebagai kata yang bermakna ‘nenek’. Kata oppa dikenalkan melalui drama Korea sebagai kata yang bermakna ‘sapaan kepada laki-laki yang lebih tua’. Meskipun ketiga kata tersebut bermakna bagi orang Indonesia, hanya kata opa dan oppa yang diserap ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata opah tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia karena merupakan karakter dalam film kartun, sedangkan kata opa dan oppa sudah menjadi kata sapaan dalam kehidupan sehari-hari.
Masuknya kata opa ke dalam bahasa Indonesia dulunya dipengaruhi oleh bangsa Belanda yang memiliki kontak fisik dengan orang Indonesia. Saat Belanda berdagang hingga menjajah di Indonesia, kata ini diserap sebagai akibat kontak fisik yang terjadi. Namun, siapa sangka bahwa masuknya kata oppa ke dalam bahasa Indonesia tidak terjadi melalui kontak fisik, tetapi melalui budaya populer. Hal ini menjadi arah baru dalam proses penyerapan kata dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Indonesia dan Korea sudah menjalin kerja sama sejak 50 tahun lalu. Kementerian Luar Negeri Indonesia mencatat bahwa Indonesia sudah menjalin hubungan tingkat konsulat pada Agustus 1966 dan hubungan diplomatik pada September 1973. Namun, kerja sama tersebut tidak memberikan pengaruh dalam bahasa. Kosakata bahasa Korea baru masuk ke dalam bahasa Indonesia melalui fenomena hallyu atau Korean Wave. Menurut Seong Jeon Je dan Yuwanto (2014) dalam Era Emas Hubungan Indonesia-Korea: Pertukaran Kultural Melalui Investasi dan Migrasi, fenomena ini terjadi di seluruh dunia dan menghasilkan sebuah fenomena yang disebut dengan demam Korean Wave.
Hallyu atau Korean Wave tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, seperti Taiwan, Jepang, Vietnam, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand (Citra Nuranisa, 2015). Judy Park (2011) melalui tulisan “The Aesthetic Styles of Korean Singers in Japan: A Review of Hallyu From the Perspective of Fashion” menjelaskan bahwa hallyu atau Korean Wave terjadi berkat keberhasilan pemerintah Korea dalam memperbaiki perekonomian negara pasca dilanda perang. Bangsa Korea bangkit dan mampu menyebarkan budaya yang dimiliki ke seluruh dunia.
Bahasa-bahasa di dunia pun menyerap kosakata bahasa Korea melalui K-pop, K-drama, dan K-food. Bahasa Inggris misalnya, menyerap kosakata bahasa Korea dan sudah mencantumkannya dalam Oxford English Dictionary. Bahasa Jurchen dan Manchu juga menyerap kosakata bahasa Korea dalam bidang agama dan budaya dan sudah menjadi bagian dalam komunikasi sehari-hari (Alexander Vovin, 2007, Korean Loanwords in Jurchen and Manchu). Bahasa Indonesia pun menyerap sebelas kata dari bahasa Korea dan sudah tercantum dalam KBBI. Salah satu kata yang diserap adalah oppa.
Oppa sebagai kata serapan dalam bahasa Korea dilabeli Kor dalam KBBI. Kata ini bermakna ‘panggilan dari perempuan kepada laki-laki lebih tua, biasanya yang memiliki hubungan dekat atau sudah saling mengenal cukup lama (seperti kakak kandung, teman, atau kekasih)’. Namun, jika dilihat dalam korpus bahasa Indonesia (https://korpusindonesia.kemdikbud.go.id/) dan korpus Leipzig (https://corpora.uni-leipzig.de/), kata oppa justru mengalami perluasan makna.
Makna kata oppa dalam KBBI merupakan makna yang diserap langsung dari bahasa sumber berupa ‘panggilan kepada kakak laki-laki yang lebih tua oleh adik perempuan’. Panggilan ini merupakan sapaan yang berasal dari kekerabatan. Namun, pemakaian kata oppa dalam bahasa Indonesia tidak terbatas dalam hubungan kekerabatan, tetapi meluas pada semua laki-laki yang lebih tua, baik yang memiliki hubungan kekerabatan maupun yang tidak memiliki hubungan kekerabatan. Kita bisa melihatnya dalam teks berikut.
(1) Siapa tahu ada dari kamu yang ingin menikah dengan oppa impianmu!
(2) Hari ini aku mau ke supermarket, oppa mau titip apa?
Kata oppa dalam data (1) digunakan untuk menyebut laki-laki yang lebih tua yang akan menjadi calon pasangan hidup, sedangkan kata oppa dalam data (2) digunakan dalam komunikasi antara perempuan muda kepada laki-laki tua yang tidak memiliki hubungan kekerabatan, tetapi memiliki hubungan pertemanan. Perluasaan makna ini terjadi karena kata ini adalah kata serapan dari bahasa asing. Dalam hubungan kekerabatan orang Indonesia dan juga hubungan kekerabatan dalam suku-suku bangsa di Indonesia, sudah ada panggilan terhadap saudara laki-laki yang lebih tua. Kata sapaan dalam hubungan kekerabatan pada tiap-tiap suku bangsa tersebut tidak dapat digantikan oleh kata sapaan dari Korea ini. Kata oppa secara khusus hanya dapat dimaknai dalam hubungan yang terjalin melalui pertemanan, persahabatan, maupun pernikahan. Kata oppa dipakai sebagai akibat dari penerimaan masyarakat Indonesia terhadap perkembangan budaya populer.
Dalam kosakata bahasa Indonesia sejak 1988 sampai hari ini, penyerapan kata sapaan ini memang terus berkembang. Bahasa Indonesia banyak menyerap kata sapaan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Mengenai kata sapaan yang bermakna ‘panggilan kepada laki-laki yang lebih tua’, tercatat ada yang berasal dari Bali (beli), Cina (engkoh), Jawa (abang, kangmas, dan raka), Minangkabau (uda), dan Sunda (aa dan akang). Jika dilihat proses penyerapan kata tersebut dari bahasa sumbernya, prosesnya sama dengan penyerapan oppa dalam bahasa Korea. Kata tersebut dipakai dalam hubungan kekerabatan, namun setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia, terjadi perluasan makna dengan tidak melihat lagi adanya hubungan kekerabatan. Kita bisa melihatnya dalam teks berikut.
(3) Sekian dulu, Akang, mudah-mudahan yang terbaik buat kita semua.
(4) Saya sering lupa, Mas, makanya kalau berobat diantarin.
(5) Terima kasih, Uda Linton, yang telah setia mengantar kami kesana kemari dengan segala kemahiran dan kesabaran di dalam mengemudi GranMax-nya.
Kata akang, mas, dan uda yang merupakan sapaan dalam kekerabatan berubah makna menjadi sapaan kepada laki-laki yang usianya lebih tua dari usia lawan bicara. Proses ini pula yang terjadi pada kata oppa. Kata oppa baru masuk dalam KBBI pada tahun 2021 melalui budaya populer Korea yang berkembang di Indonesia. Masuknyakata oppa ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menerima masuknya budaya asing dengan cara menerima kosakata mereka, termasuk sapaan kekerabatan. Namun, penyerapan tetap mengikuti bahasa target yang dalam ini mengikuti makna yang dipakai oleh masyarakat Indonesia.
Ria Febrina, Dosen Jurusan Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora Universitas Gadjah Mada
Bagikan:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru)