Oleh: Ria Febrina
Â
Iduladha memiliki banyak nama bagi masyarakat Indonesia.
Ada Lebaran Haji dan juga hari Raya Kurban. Nama-nama tersebut justru dikenal lebih dulu oleh masyarakat Indonesia dibandingkan Iduladha karena ketika melacak kamus-kamus Indonesia, kita tidak akan menemukan kata Iduladha.
Dalam salah satu kamus Indonesia, makna kata Iduladha terlacak berada pada kata Lebaran. W.J.S. Poerwadarminta (1954) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata Lebaran memiliki dua makna, yaitu hari raya Lebaran ‘hari raja habis puasa (tg 1 Sjawal)’ dan Lebaran Hadji ‘hari raja tg 10 Zu’lhidjdjah’. Dalam makna tersebut, tampak bahwa Iduladha disebut juga dengan Lebaran Haji.
Iduladha disebut juga dengan Lebaran Haji karena bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Istilah Lebaran Haji ini terus bertahan hingga Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI daring) tahun 2023. Lebaran Haji dimaknai dengan ‘hari raya yang disertai dengan penyembelihan hewan kurban (seperti sapi, kambing) bagi yang mampu pada tanggal 10–13 Zulhijah; Iduladha’.
Dalam kamus-kamus lain, bukan Lebaran Haji namanya. Untuk memaknai penyembelihan hewan kurban, kita diarahkan pada kata kurban dalam Logat Ketjil Bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwadarminta, 1951) dan Kamus Indonesia Ketjik (E. St. Harahap, 1954), serta diarahkan pada kata koerban pada Kamoes Indonesia (E. Soetan Harahap, 1942). Namun, kata kurban dan koerban tersebut tidak juga secara khusus menjelaskan penyembelihan hewan kurban untuk hari raya Iduladha. Kata tersebut hanya dijelaskan untuk persembahan kepada Tuhan (berupa lembu dsb.).
Barangkali karena itulah, dalam kehidupan masyarakat, Iduladha disebut juga dengan hari Raya Kurban karena umat muslim mengikuti perintah Allah yang disampaikan kepada Nabi Ibrahim, yaitu menyembelih seekor kambing sebagai kurban. Dalam KBBI daring, kurban merupakan kosakata khusus yang dipakai oleh agama Islam yang bermakna ‘persembahan kepada Allah (seperti biri-biri, sapi, unta yang disembelih pada hari Lebaran Haji) sebagai wujud ketaatan muslim kepada-Nya’. Umat muslim senantiasa melaksanakan ibadah kurban pada hari raya Iduladha dengan menyembelih hewan ternak berupa kambing, domba, unta, sapi, atau kerbau.
Berbeda dengan kamus-kamus tersebut, dalam Kamus Moderen Indonesia, kita tidak akan diarahkan pada kata Lebaran. Sutan Mohammad Zain (1951) mengarahkan kita pada kata hari. Makna yang tercantum dalam salah satu definisi hari adalah hari raya Agung atau hari raya hadji. Namun, Sutan Mohammad Zain tidak menjelaskan atau mendefinisikan bagaimana hari raya tersebut dimaknai oleh umat Islam.
Selain Lebaran, hari raya Kurban, hari raya Agung, dan hari raya haji, ada lagi satu nama yang dipakai oleh masyarakat untuk Iduladha, yaitu Idulkurban. Namun, kata ini tercantum sebagai kata tidak baku dalam KBBI karena secara etimologis tidak tepat. Iduladha berasal dari kata id (bahasa Arab) yang bermakna ‘kembali’ dalam bahasa Indonesia dan ad-ha (bahasa Arab) yang bermakna ‘kurban’ dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, dalam bahasa Indonesia, Iduladha dapat diartikan ‘kembali berkurban’. Penggunaan kata Idulkurban tidak tepat karena kata tersebut tidak berasal dari bahasa yang sama.
Meskipun demikian, masyarakat Indonesia banyak yang menggunakan kata Idulkurban untuk memaknai Iduladha. Dalam korpus web Indonesia (IndonesianWaC) yang terdapat di Sketch Engine (https://www.sketchengine.eu/), terdapat 18 kalimat yang menggunakan kata Idulkurban dengan bentuk idul qurban dan Idul Qurban. Kita bisa lihat dalam kalimat berikut.
(1) Setiap tahun kita umat Islam di seluruh dunia memiliki ritual atau hari besar memperingati Idul Qurban atau Idul Adha atau hari raya haji karena waktunya bertepatan dengan pelaksanaan puncak ibadah haji yang dilakukan umat Islam di tanah suci.
(2) Dengan berpatokan kapan saatnya wukuf di Arafah, Mekkah, maka seharusnya ummat Muslim di seluruh dunia bersepakat bulat untuk merayakan Idul Qurban sehari sesudahnya, ditambah tiga hari berikutnya (hari Tasyrik).
(3) Semangat pengorbanan yang memantul dari nilai-nilai idul qurban, menurut Prof Djanggan, adalah suatu watak yang diperlukan dalam pembangunan.
Kehadiran kata Idulkurban dalam korpus tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia juga memaknai kata ini sebagai bentuk yang bersinonim dengan Iduladha. Lalu, kapan kata Iduladha dipakai dalam bahasa Indonesia? Dalam kamus-kamus bahasa Indonesia, kata Iduladha baru masuk sebagai kosakata bahasa Indonesia pada KBBI Edisi I tahun 1988 dengan penulisan Idul Adha. Kata ini bermakna ‘hari raya haji yang disertai dengan penyembelihan hewan kurban (spt sapi, kambing, atau unta) bagi yang mampu’.
Di balik kata-kata yang bersinonim dengan Iduladha, seperti Lebaran, hari raya Kurban, hari raya Agung, hari raya haji, dan juga Idulkurban, ada hal menarik yang bisa disimak dari tradisi yang ada di Indonesia. Masyarakat Indonesia yang terdiri atas beragam suku bangsa memiliki cara tersendiri dalam merayakan Iduladha.
Di Maluku Tengah, masyarakat tidak langsung menyembelih kurban setelah melaksanakan Iduladha. Ada tradisi khusus yang dijalankan masyarakat setelah Iduladha. Namanya tradisi Kaul Negeri dan Abda’u. Tradisi ini dilaksanakan oleh warga Tulehu setelah melaksanakan salat Iduladha. Mereka menggendong tiga ekor kambing sambil berkeliling ke seluruh desa. Tak lupa masyarakat mengumandangkan takbir dan selawat kepada Nabi Muhammad Saw. Setelah berkeliling, masyarakat menuju masjid dan kemudian menyembelih hewan kurban setelah melaksanakan salat ashar.
Sementara itu, di Pasuruan, masyarakat memiliki tradisi yang bernama manten sapi. Sebuah tradisi yang dilakukan kepada sapi sebelum disembelih. Sehari sebelum Iduladha, masyarakat memandikan sapi dengan air kembang, lalu mengenakan kalung dari bunga tujuh rupa, serta menutupi tubuh sapi dengan kain putih. Setelah itu, masyarakat akan mengarak sapi menuju masjid dan menyerahkan kepada panitia kurban.
Tak hanya dua tradisi tersebut, ada lagi tradisi lain yang dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bentuk syukur kepada Yang Maha Kuasa. Masyarakat sangat sukacita menyambut Iduladha yang dalam KBBI daring bermakna ‘hari raya haji yang jatuh pada tanggal 10–13 Zulhijah yang disertai dengan penyembelihan hewan kurban (seperti sapi, kambing, atau unta) bagi yang mampu’. Masyarakat berbagi rezeki melalui kurban yang disembelih. Kurban tersebut diharapkan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
Ria Febrina, Dosen Jurusan Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora Universitas Gadjah Mada