Oleh: Ria Febrina
Sejak trading populer, kata cuan pun dikenal oleh masyarakat luas.
Trading merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan dalam pasar uang. Ada banyak trading yang bisa dilakukan, seperti trading forex atau perdagangan kurs mata uang asing, trading saham, trading emas, dan trading bitcoin atau perdagangan mata uang elektronik. Setiap perdagangan ini akan menghasilkan keuntungan atau laba.
Kata untung dan laba yang sudah melekat sebagai kosakata bahasa Indonesia menunjukkan bahwa terdapat selisih harga antara harga penjualan dan harga pembelian. Harga penjualan lebih banyak dibandingkan dengan harga pembelian. Selisih ini menunjukkan seseorang berhasil dalam perdagangan. Aktivitas trading juga menghasilkan keuntungan atau laba, namun para pelakunya tidak memilih kata ini dan mencoba melahirkan kata baru, yakni cuan.
Cuan merupakan kata yang diserap dari bahasa Cina. Kata ini berasal dari bahasa Hokkien yang merupakan salah satu bahasa dari rumpun bahasa yang ada di Tiongkok. Asal kata berasal dari zhuan/choan/cuan yang artinya ‘untung atau hasil’ (Ficca Ayu Saraswaty, 2022). Kosakata dari bahasa Hokkien termasuk kosakata yang cukup banyak diserap ke dalam bahasa Indonesia. Bahasa Hokkien dikenal sebagai bahasa ibu yang digunakan oleh penutur Tionghoa-Indonesia. Para penutur ini tersebar di beberapa wilayah, seperti Medan, Pekanbaru, Palembang, dan juga Jakarta. Mereka merupakan pendatang Tionghoa yang berasal dari Provinsi Fujian dan mayoritas datang ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Komunitas Tionghoa di Indonesia terkenal sebagai pengusaha yang sukses atau pedagang yang handal. Mereka banyak meraih laba dalam setiap perdagangan yang dilakukan. Keberhasilan para pedagang ini kemudian ditiru oleh pengusaha Indonesia agar keuntungan yang diperoleh juga semakin maksimal. Untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal, pengusaha atau pebisnis Indonesia pun menggunakan kata yang dipakai oleh komunitas ini. Mereka menyerap kata cuan dan digunakan dalam obrolan bisnis dan keuangan.
Dalam korpus Indonesia (https://korpusindonesia.kemdikbud.go.id/), tampak bahwa kata cuan dipakai dalam bisnis dan keuangan, seperti pada bagian kalimat berikut.
(1) … bisnis yang bersifat mengalir pun bisa mengundang cuan datang …
(2) … untuk anggaran investasi dalam investasi, kalau mau cuan maksimal, tentu saja menambah portofolio saham.
Sementara itu, dalam korpus Leipzig (https://corpora.uni-leipzig.de/), kata cuan juga tercatat digunakan dalam bidang bisnis, seperti menjelaskan bagaimana seorang pengusaha atau pemegang saham mengejar untung atau cuan dengan membeli saham. Kita dapat melihatnya dalam kalimat berikut.
(3) Fenomena ini terlihat dari masih banyak pelaku pasar yang berusaha mengejar cuan dengan membeli saham, walau sudah mahal secara fundamental.
(4) Karena itulah, para pengamat yakin, reksadana saham masih bisa memberikan cuan yang menarik.
Meskipun sudah ada dalam beberapa korpus, seperti korpus Kemdikbud dan juga korpus Leipzig, kata cuan ini masih terbilang baru dalam bahasa Indonesia. Setidaknya kata ini baru tercatat dalam KBBI daring, sedangkan pada KBBI Edisi V (2018) dan juga dalam kamus-kamus bahasa Indonesia susunan Poerwadarminta, E. St. Harahap, dan Sutan Mohammad Zain, kata cuan belum ada. Oleh karena itu, dalam korpus Indonesian Web yang terdapat di Sketch Engine (https://app.sketchengine.eu/), kata cuan yang berkenaan dengan bidang ekonomi dan bisnis ini tidak muncul sama sekali. Ketika melihat konkordansi kata cuan, yang muncul justru kalimat yang menjelaskan kata cuan berkaitan dengan nama orang, seperti kalimat berikut.
(5) Kenangan bersama Cuan, Aiman Kedah, We, Pie dan lain-lain.
(6) Direktur film asal Meksiko, Alfonso Cuan merasa sangat yakin dengan “The Shock Doctrine” sampai membuat film promosi pendek dengan cuma-cuma.
Dalam KBBI, kata cuan diberi label cak atau cakapan yang bermakna bahwa kata cuan merupakan kata yang dipakai dalam ragam lisan. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sudah menghimpun kata ini sebagai kata serapan dalam bahasa Indonesia meskipun belum menjadikan kata ini sebagai kata baku.
Berbekal kata cuan ini, masyarakat pun secara kreatif menciptakan frasa pejuang cuan. Sebuah frasa yang menjelaskan bahwa seseorang disebut pejuang cuan ketika mereka bekerja keras untuk menghasilkan uang, baik untuk memenuhi kebutuhan pribadi maupun kebutuhan keluarga. Misalnya, kita akan mendengar “Ada cuannya gak?”, “Cuannya gede nih, ayo ikutan”, atau “Mau kerja dulu, cari cuan”. Pada frasa ini, tampak bahwa prinsip hidup yang diturunkan oleh komunitas Tionghoa dalam menghasilkan uang atau mencari keuntungan atau laba menjadi tolok ukur dalam bekerja, berdagang, ataupun berbisnis bagi masyarakat pada hari ini.
Tidak hanya bagi para pekerja, para pembuat iklan yang ingin memengaruhi masyarakat untuk berbelanja juga menggunakan kata cuan. Kita bisa melihatnya pada iklan komersial yang diciptakan oleh sebuah aplikasi dompet digital yang bernama DANA. Di layar hape, muncul tulisan “Cuan Setiap Hari! Cobain Semua Fitur DANA Hemat s/d Rp50rb!”.
Menurut Morissan (2010) dalam Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, bahasa iklan memang memiliki ciri khusus, seperti menggunakan istilah unik dan kalimat singkat yang menonjolkan bagian-bagian yang dipentingkan. Kalimat tersebut merupakan kalimat persuasif yang bertujuan untuk membujuk atau memberi daya tarik pada barang atau jasa yang dipromosikan. Kata cuan menjadi istilah unik yang ditonjolkan para pengembang DANA ketika pengguna menggunakan fitur dompet digital tersebut. Pengguna pasti cuan! Kata cuan memperkuat iklan ini agar masyarakat menggunakan aplikasi yang mereka ciptakan.
Produktivitas kata cuan memang terus meningkat di tengah-tengah masyarakat. Salah satu media massa nasional, yakni CNBC Indonesia menggunakan kata ini pada judul berita ekonomi. Melalui judul “Investasi Gampang itu Sukuk dan Emas, Lebih Cuan Mana ya”, kata cuan semakin menjangkau semua pengguna bahasa Indonesia.
Tak hanya di media massa, kata cuan yang merupakan ragam percakapan ini pun digunakan oleh sejumlah akademisi dalam dunia ilmiah. Pada seminar nasional yang diadakan oleh Politeknik Pembangunan Pertanian Medan, kegiatan yang dilaksanakan mengangkat judul “Melirik Peluang Sampah menjadi Cuan”. Selain itu, pada judul artikel ilmiah yang ditulis oleh Nur Aminah Harahap, dkk. dari Institut Pendidikan Tapanuli Selatan digunakan “Pengelolah Buah Pepaya sebagai Penghasil Cuan bersama Naposo Nauli Bulung Desa Marisi”. Hal ini menunjukkan bahwa kata cuan sudah menjangkau berbagai situasi penggunaan bahasa Indonesia. Tidak lagi pada ragam percakapan, pada ragam tulisan, baik formal maupun nonformal, kata cuan sudah digunakan secara aktif.
Melihat prosesnya, kata cuan ini menyerupai kata profit yang juga kata serapan. Kata ini juga bermakna ‘untung’ dalam bahasa Indonesia. Kata profit merupakan kata yang diserap dari bahasa Inggris. Pada awalnya, kata ini digunakan secara terbatas oleh pengguna. Dalam perkembangannya, kata ini diterima dengan baik oleh seluruh masyarakat Indonesia hingga kemudian kata ini menjadi kata baku.
Perkembangan kata cuan yang sangat progresif ini ke depan juga bisa menyebabkan kata ini menjadi kata baku. Namun, saat ini setidaknya kata ini sudah menambah kata yang bersinonim dalam bahasa Indonesia. Ketika membicarakan keuntungan, masyarakat bisa memilih kata untung, laba, profit, atau cuan.
Ria Febrina, Dosen Jurusan Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora Universitas Gadjah Mada