Padang, Cagak.id—Sebanyak 80 orang guru Bimbingan Konseling (BK) Non-ASN, perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Padang mengikuti ‘Pelatihan Manajemen dan Penanganan Kasus Kekerasan terhadap Perempuan dan Tahun 2023 Angkatan I’ di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang, Selasa (22/8/2023).
Pelatihan tersebut memiliki tema ‘Melalui Pelatihan, Kita Tetapkan Manajemen dan Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak yang Terarah, Komprehensif dan Berkelanjutan di Kota Padang’.
Wali Kota Padang yang diwakili Kadis DP3AP2KB Kota Padang, Eri Sanjaya mengatakan, guru BK berperan penting dalam keseluruhan proses manajemen kasus sehingga pendekatan multidisiplin mutlak diperlukan dalam menangani kasus kekerasan yang terjadi pada anak dan remaja.
“Untuk itu, upaya pencegahan dan penanganan yang lebih terarah serta komprehensif terus dilakukan. Agar anak mendapatkan perlakuan dan mendapatkan haknya dengan yang sebaik-baiknya, apakah anak sebagai korban ataupun anak sebagai pelaku. Sehingga keterlibatan berbagai unsur sangat diharapkan,” ucap Eri Sanjaya, Selasa (22/8/2023).
Kemudian, sambung Eri, dalam rangka meminimalisir angka kekerasan yang terjadi terhadap perempuan dan anak, Pemko Padang terus berusaha memberikan perlindungan maksimal kepada perempuan dan anak korban kekerasan.
“Perlindungan maksimal yang dimaksud, hingga kepada anak yang berhadapan dengan hukum melalui keterlibatan dan peran daripada berbagai unsur serta stakeholder yang ada, termasuk juga guru Bimbingan Konseling (BK) di lingkungan sekolah,” tambahnya.
Sementara, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang, Yopi Krislova menyampaikan, dengan perkembangan zaman dan teknologi membuat tenaga pendidik lebih peka terhadap lingkungan.
“Di era perkembangan zaman dan teknologi seperti sekarang, sebagai tenaga pendidik harus lebih peka. Jika ada anak kita yang murung atau mengalami sesuatu hal yang aneh ketika di sekolah, hal tersebut perlu dipertanyakan,” ucap Yopi Krislova.
Yopi juga menambahkan, tidak hanya dipertanyakan, anak-anak juga butuh untuk diperhatikan lebih baik. Sebab, beberapa persoalan membuat anak-anak tidak mau berbicara jika tidak perhatikan terlebih dahulu.
“Kita juga tidak mengerti persoalan mereka di rumah seperti apa, bagaimana kondisi keluarganya dan sebagainya. Namun, di situlah peranan kita sebagai tenaga pendidik. Bisa sebagai teman cerita dan orang yang dipercayai. Kita bisa menyentuh dan mendapat ruang kepercayaan dari peserta didik,” jelasnya.
Kemudian, Yopi berharap melalui pelatihan ini, ke depannya tidak ada kasus-kasus kekerasan, terebih dengan ilmu yang didapat, dapat dimanajemen dengan baik.
Bagikan:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru)